Web3 vs Web 3.0: Bedanya Apa Sih?
Sering dikira sama, Web3 dan Web 3.0 itu konsep beda banget!
- Web3: Web serba desentralisasi pakai teknologi blockchain.
- Web 3.0: Web yang lebih pinter dan terhubung (semantik).
Asal Muasalnya
- Web3: Istilah ini dicetusin Gavin Wood (pendiri Ethereum) tahun 2014. Visinya bikin web lepas dari kontrol perusahaan besar, pakai blockchain biar lebih aman dan adil.
- Web 3.0: Konsepnya udah ada sejak 2006 dari Tim O’Reilly. Maunya bikin web yang “ngerti” data biar mesin bisa komunikasi kayak manusia.
Prinsip Dasar Web3
- Desentralisasi: Nggak dikontrol satu pihak. Data tersebar di banyak komputer sedunia → anti-censor!
- Pakai Blockchain: Catatan transaksi super aman & transparan → cocok buat transaksi keuangan.
- Cryptocurrency: Mata uang digital jadi “bahan bakar” ekosistemnya.
Prinsip Dasar Web 3.0
- Semantik: Web bisa “baca” arti data (bukan cuma teks) → mesin makin pinter.
- Keterhubungan: Data gampang disambungin antar-situs → nyari info lebih gampang.
- Terbuka: Dibangun pakai standar open-source → semua bisa akses.
Perbedaan Gede!
Aspect | Web3 | Web 3.0 |
---|---|---|
Fokus | Desentralisasi & keamanan | Kecerdasan & koneksi data |
Teknologi | Blockchain, crypto, smart contract | AI, machine learning, semantik |
Tahapan | Masih berkembang | Masih konsep & riset |
Contoh Nyatanya
- Aplikasi Web3:
- DeFi (bank digital tanpa bank): Pinjem/investasi aset crypto.
- NFT: Sertifikat digital buat punya karya seni/koleksi unik.
- DAO: Organisasi otomatis tanpa bos, jalan pakai smart contract.
- Aplikasi Web 3.0:
- Asisten virtual (Siri/Alexa): Ngobrol kayak sama manusia.
- Rekomendasi personal (Netflix/Gojek): Sistem yang “tebak” kesukaan lo.
- Mesin pencari cerdas (Google): Ngerti maksud pertanyaan lo, bukan cari kata kunci.
Intinya:
Web3 = Blockchain + Desentralisasi 🪙
Web 3.0 = AI + Data Terhubung 🤖
Meski namanya mirip, jalurnya beda jauh!